Nagabonar Jadi 2
Adalah sebuah film Indonesia tahun 2007 yang merupakan sekuel dari film Naga Bonar (1987). Film ini meraih penghargaan sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2007 dan "Movie of the Year"[1] dari Guardians e-Awards. Versi novel film ini, juga berjudul Nagabonar Jadi 2, ditulis oleh Akmal Nasery Basral, novelis yang juga wartawan majalah Tempo. Film ini menjadi film terlaris tahun 2007 dengan meraih penjualan tiket sebanyak 2,4 Juta penonton.
Sinopsis
Alur cerita berputar tentang hubungan Nagabonar (Deddy Mizwar) dan Bonaga (Tora Sudiro) dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Bonaga, seorang pengusaha sukses, mendapat proyek pembangunan resort dari perusahaan Jepang. Sialnya, lahan yang diincar perusahaan Jepang tersebut tak lain adalah lahan perkebunan sawit milik ayahnya, Nagabonar. Maka Bonaga pun memboyong ayahnya ke Jakarta agar dia bisa membujuk Nagabonar menjual lahan tersebut.
Usaha Bonaga tak berhasil. Kekeraskepalaan Nagabonar untuk mempertahankan lahan perkebunan (di mana di sana juga terdapat makam istri, Ibu dan temannya si bengak Bujang) semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah perusahaan Jepang (yang masih dianggapnya penjajah).
Sementara Nagabonar dan Bonaga berusaha untuk saling memahami cara pandang dan nilai-nilai satu sama lain, tenggat waktu untuk Bonaga semakin mendekat.
Namun, pada akhirnya Bonaga membatalkan perjanjian tersebut, karena ia tau ayahnya sebenarnya berat untuk menyetujui hal tersebut, ia tidak mau membuat ayahnya sedih, karena ia sangat menyayangi ayahnya.
Sutradara: Deddy Mizwar
Penulis: Musfar Yasin
Pemeran dan tokoh:
Pemeran Tokoh
Deddy Mizwar = Nagabonar
Tora Sudiro = Bonaga
Wulan Guritno = Monita
Michael Muliadro = Jaki
Budi Andika = Ronny
Darius Sinathrya = Pomo
Ahmad Syukri = Umar
Jaja Mihardja = Laskar Arjuna Banci Club (Homo)
Indra Birowo = Tukang karpet
Komentar
Nagabonar Jadi 2 adalah tribut Deddy Mizwar terhadap film yang telah membesarkan namanya tersebut. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi, 'Nagabonar Jadi 2' menjadi alat baginya untuk merefleksikan kondisi masyarakat yang cenderung carut-marut seperti ini dan yang seakan menjadi "kacang-lupa-kulitnya" tanpa harus menjadi alat propaganda yang berlebihan. sementara itu, selain sebagai penerus Nagabonar, karakter Bonaga disini juga merefleksikan perbedaan perspektif antara generasi yang juga berbeda zamannya.
Deddy Mizwar sendiri tentu saja kembali memainkan si Nagabonar. Hanya saja disini ia berkesempatan untuk menjadi pengarah dari skrip yang ditulis oleh Musfar Yassin (Ketika). Ditangannya film ini menyimpan kekuatan satir yang kuat dengan adegan-adegan yang kadang membuat kita bingung harus menangis atau tertawa. Pengadeganan dan elaborasi detil dalam film berjalan dengan akurasi yang telah dipikirkan sebelumnya sehingga film berjalan dengan mulus dan meyakinkan. Sebagai contoh bisa dilihat nanti disaat adegan Nagabonar dan Umar sedang berada didepan patung Jendral Soedirman yang tampil dengan sangat memorable atau adegan saat Nagabonar dan Bonaga secara simultan membuka jendela kamar masing-masing. Sangat Jenial!
'Nagabonar Jadi 2' seakan menjadi lompatan bagi Deddy Mizwar dalam karir sutradaranya. Film ini tampil dengan sangat berbeda dengan dua film sebelumnya yang cenderung tampil minimalis. Kali ini, selain mempunyai skrip yang kuat, Deddy Mizwar juga didukung dengan persiapan yang lebih matang, sehingga secara teknis film tampil dengan cukup menarik. Apalagi didukung oleh Yudi Datau (Arisan!, Ungu Violet) sebagai penata kamera yang berhasil memvisualkan cerita yang diinginkan dengan lebih impresif.
Tentu saja, berperan kembali sebagai Nagabonar bukan suatu hal yang sulit untuk Deddy Mizwar. Ditangannya, Nagabonar adalah Deddy Mizwar dan Deddy Mizwar adalah Nagabonar. Tidak ada komentar lain! Sementara itu, Tora Sudiro bermain dengan cukup meyakinkan, hanya saja dialek Bataknya rasanya perlu diperhatikan lagi. Sebagai orang asli Batak, bagi saya ke-Batak-an karakter Bonaga terasa superfisial dan berlebihan. Wulan Guritno dan Lukman Sardi dengan cukup meyakinkan, walau trio Darius-Mike-Uli rasanya hadir sebagai 'pemanis' cerita saja.
Hanya saja, dibeberapa bagian, repetisi kalimat dan adegan terasa tidak penting. Belum lagi, sebagai sebuah sekuel, film ini merasa berkewajiban untuk menjelaskan banyak hal yang terjadi di film sebelumnya, sehingga terjadi penumpukan informasi yang harus diserap penonton. Namun hal tersebut rasanya tidak mengurangi kekuatan film. Bahkan, saya berani bilang, bolehlah secara kualitas 'Nagabonar Jadi 2' dibandingkan dengan versi aslinya.
'Nagabonar Jadi 2' adalah jenis film yang sangat menghibur sekaligus pembawa pesan dan keduanya sukses dijalankan oleh film ini. Dan dibandingkan dengan film lain yang juga membawa semangat nasionalisme (Gie, duh!), maka film ini terasa lebih tulus, tanpa beban atau pretensi dibelakangnya dan menjadikan 'Nagabonar jadi 2' sebagai tayangan yang sangat direkomendasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar